ALLAH SWT berfirman :
"Hendaklah(wajiblah) ada di kalangan kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Merekalah orang-orang yang memperoleh kemenangan (kebahagiaan)."
(Ali Imran : 104)
Jelas dalam ayat di atas bahwa kemenangan hidup yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan melakukan jihad fisabilillah. Jihad yang dimaksudkan ialah menyeru (berdakwah) kepada manusia supaya melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Bila kerja itu dilakukan dengan betul,sebagaimana yang ditunjukkan ALLAH dan Rasul, maka sebagai hasilnya akan diperoleh kejayaan dan kemenangan hidup.
Sebaliknya kalau jihad itu dikerjakan tapi tidak mengikuti syarat dan peraturan yang dikehendaki Islam maka bukan saja tidak memperoleh kemenangan, tapi akan rugi dan sia-sia. Jadi kita mesti berhati-hati. Kita mesti tahu bagaimana caranya hendak berdakwah.
Untuk itu ada sepotong ayat Al Quran yang dapat dijadikan panduan :
"Serulah(semua manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah (bijaksana) dan pelajaran yang baik dan antah(berbahaslah) dengan mereka dengan cara yang paling baik. "
(An Nahl : 125)
ALLAH memerintahkan kita bersikap hikmah dalam berdakwah. Dan dalam mempraktekkannya Rasulullah telah melakukan perintah itu sepenuhnya. Apa dan bagaimanakah hikmah yang dimaksudkan oleh ALLAH dan Rasul-Nya itu?
Ada orang yang berkata, hikmah ialah pandai mengambil hati. Untuk itu kita mesti mengikuti lebih dahulu apa kemauan mereka. Kalau mereka suka main bola kita main bola juga. Kalau mereka gemar menonton, kita ikut juga. Konon lama kelamaan orang itu akan ikut pada Islam. Betulkah cara demikian? Bagaimana kalau orang yang hendak didakwahi itu gemar minuman keras dan main perempuan? Apakah kita boleh ikut minum dan berzina?
wal'iyazubillah.
Sebenarnya hikmah mempunyai pengertian yang tersendiri dan mencakup banyak bidang, seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW semasa hayat baginda. Secara ringkas kita petik sepotong hadist untuk menjelaskan maksud keseluruhan dari perkataan hikmah itu.
Bersabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
"Hai Mu'adz, saya berwasiat padamu, agar kamu bertakwa kepada ALLAH, benar dalam berkata-kata, menepati janji, menunaikan amanat, meninggalkan khianat, menjaga tetangga, belas kasihan kepada anak yatim, manis dalam berbicara, menyebarkan salam, bagus dalam bekerja, sedikit berangan-angan, mempertahankan keimanan, berusaha untuk menjadi pandai (dalam memahami) Al Quran, cinta akhirat, takut hari hisab (perhitungan amal pada hari kiamat) dan merendahkan diri.
Saya melarang mu memaki-maki orang yang bijaksana, mendustakan orang yang benar, mengikuti orang yang berdosa, melawan pemimpin yang adil atau membuat kerusakan di bumi.
Saya berwasiat lagi padamu supaya kamu bertakwa kepada ALLAH dengan menjauhkan diri dari menyembah batu, pohon dan benda apapun.
Hendaklah kamu memperbaharui taobat setiap melakukan dosa. Dosa yang rahasia hendaklah bertaobat dengan rahasia dan dosa yang terang-terangan, hendaklah bertaobat secara terang-terangan. "
(Diriwayatkan oleh Abu Na'im dan Baihaqi)
Secara terperinci, hikmah sebenarnya perlu dipraktekkan dalam berbagai peringkat dakwah. Di antaranya ialah hikmah dalam :
Berbicara/berdakwah/ berceramah.
Memilih judul.
Memahami kedudukan masyarakat.
Mengamalkan Islam.
Bergaul dengan masyarakat.
Supaya satu bidang itu dipahami dan dapat dilaksanakan dengan betul, rasanya perlu diuraikan secara ringkas :
1. Berbicara
Ketika berdakwah kepada manusia, baik dalam bentuk berbicara, berceramah atau bertanya jawab tentang Islam maka sikap hikmah yang mesti ada ialah:
Bahasanya jelas, mudah, lembut, lancar dan enak didengar. Elakkan dari perkataan yang kotor, keras dan kasar. Bagaimanapun kita diperbolehkan menegur atau mengajar dengan nada yang kasar, terutama pada orang fasik yang suka mentertawakan, mempermainkan atau menentang kita. Itu pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim pada kaumnya. Ucapannya itu diabadikan ALLAH dalam Al Quran :
"Cis, kamu semua ini, mengapa menyembah sesuatu selain ALLAH. Apakah kamu tidak mempunyai akal fikiran?"
(Anbiyaa' : 67)
Jangan melaknat (mengutuk), memarahi atau mengumpat seorang individu atau suatu kelompok sekalipun jelas bersalah. Pernah terjadi seorang khalifah bernama Ma'mun dinasehati dengan keras dan kasar sekali. Dengan tenang beliau menjawab, "Berlemah lembutlah wahai kawan. Sebenarnya ALLAH telah mengutus seorang yang lebih baik darimu kepada orang yang lebih buruk kelakuannya dari kelakuanku ini."
ALLAH berpesan:
"Maka katakanlah (hai Musa dan Harun) kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut. "
(Thaha : 44)
Dalam berdakwah kita hendaknya menyebut kabar gembira (surga) dan kabar duka (neraka) serta kubur dan hari kiamat. Juga menyebut tamsil (kiasan). Dalam Al Quran ALLAH sering menyebutkan tamsil, di antaranya Kalimah Tayibah dikiaskan sebagai pohon. Orang yang mengambil pemimpin selain ALLAH dikiaskan seperti laba-laba membuat rumah, yakni terlalu lemah. Sebutkan juga cerita-cerita yang sesuai, sebagaimana Al Quran juga banyak bercerita. Tinggalkan soal-soal khilafiah.
2. Hikmah dalam memilih tajuk (judul) yang sesuai untuk berdakwah
Kita dapat memahami dan dapat menyampaikannya sesuai dengan fikiran dan alam kehidupan pendengar. Isi mesti tepat dan sesuai dengan tajuk dan Islam. Jangan sampai bertentangan dan menyalahi syariat.
3. Hikmah dalam memahami kedudukan masyarakat
Caranya ialah mengetahui psikologi masyarakat, yakni tahu kegemaran, kebencian, kelemahan, keistimewaan dan lain-lain tentang keadaan lahir batin masyarakat yang kita hadapi. Tahu penyakit masyarakat sebagai sasaran utama untuk kita mengobatinya.
4.Beramal
Satu sikap yang mesti ada pada setiap pendakwah ialah beramal dengan apa yang dikatakan dan yang dikehendaki lslam. Seorang yang ikhlas berdakwah karena ALLAH, tidak akan berkata sebelum ia sendiri melaksanakannya. Sebaliknya seorang yang berdakwah karena suka-suka, itulah yang bersikap, 'bicara tidak serupa dengan perbuatan'. Hal itu akan mendapat kemurkaan dari ALLAH SWT. Firman-Nya dalam Al Quran bermaksud:
"Hai orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar kebencian ALLAH bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan."
(As Shaf: 2)
Karena itulah Rasulullah SAW memperingatkan Sayidina Ali dengan sabda baginda:
"Hai Ali, apabila seorang alim itu tidak bertakwa, bicaranya di hati manusia bagai air hujan yang jatuh ke atas batu yang licin atau ke atas telur burung kasuwari (tidak berbekas )."
Karena itu setiap pendakwah mesti memastikan bahwa dia telah beramal. Jika tidak, hendaklah ia bimbang dan takut akan kemurkaan ALLAH.
5. Bergaul dengan masyarakat
Hikmah bergaul ialah berakhlak, yakni sopan-santun, lemah lembut, dan ramah-mesra. Untuk menawan hati orang, bukan dengan kelakuan jahat, perangai buruk, bengis dan marah-marah. Orang akan benci dan menghina kita, sekalipun banyak ilmu dan kuat ibadah. Sebaliknya dengan kasih sayang, kemesraan, budi bahasa dan akhlak mulia, kekerasan, keangkuhan dan kemungkaran akan tunduk, mengalah dan menyerah. Rasul dan nabi semuanya dihias dengan akhlak dan budi pekerti, sebagai senjata untuk mematahkan kekerasan umat. Sebab itu kita juga mesti mengikuti jejak langkah mereka.
Sebagai panduan untuk mengingatkan kita tentang sikap dan perkataan Rasulullah SAW ketika baginda berjuang menghadapi kaumnya.
Dalam satu medan perjuangan seorang musyrikin mendapat peluang untuk membunuh Rasulullah. Dia berdiri tepat di atas kepala Baginda Rasul dan dengan pedang terhunus. Kemudian dia mengejek, "Siapa lagi yang dapat menghalangi aku dari membunuh engkau?" Rasulullah dengan tenang menjawab, "ALLAH!" Gemetar tangan musuh ALLAH itu ketika mendengar jawaban Rasulullah hingga terlepaslah pedang yang dipegangnya. Rasulullah mengambil pedang itu sambil berdiri, baginda bertanya, "Siapa yang akan menyelamatkan kamu sekarang?" Dengan penuh ketakutan lelaki itu menjawab, "Bunuhlah aku!" Rasulullah membalas, "Katakan olehmu Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah." "Tidak!" jawab lelaki itu. "Tetapi percayalah mulai hari ini aku tidak akan memerangi tuan dan tidak akan membantu orang-orang yang memerangi tuan".
Dengan kasih sayang Rasulullah melepaskan orang itu. Dia pergi pada kaumnya yang menyaksikan kejadian itu. Ketika dia dikerumuni, lahirlah kata-kata ini dari mulutnya, "Tuan-tuan, saya baru saja bertemu dengan seorang manusia yang paling baik di antara seluruh manusia."
Itulah pengakuan musuh. Dengan perkataan itu saya kira kaum muslimin telah mendapat dukungan moral yang besar nilainya. Hati musuh telah diganggu dengan persoalan, "Kenapa aku mesti memusuhi dan membunuh orang-orang yang sebaik mereka?" Itu sebenarnya akan melemahkan kesungguhan berperang, dan akan manjadi satu sebab kekalahan mereka.
Demikianlah peranan akhlak. Merupakan kekuatan utama yang ketajamannya melebihi mata pedang. Sebab itu Rasulullah membawa dan menggunakannya dimana-mana dan kapan saja. Bukan hanya sekali baginda diancam, dihina, dan diperlakukan secara kasar oleh musuh. Dan setiap kali itu terjadi, baginda sabar. Sahabat yang menyayangi baginda mau membelanya dan selalu minta izin untuk bertindak, "Izinkan kami ya Rasulullah untuk memenggal leher mereka." Apa jawab baginda? "ALLAH merahmati saudaraku Musa. Karena dia lebih banyak disakiti dari yang ku alami ini, tapi dia tetap bersabar. "
Salam Perjuangan !
No comments:
Post a Comment